Jaringan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) yang terhubung secara ekologis

Solusi Lengkap
Pertemuan dengan para anggota Barangay Siit (© Jadloc)

Konektivitas populasi ikan terumbu karang melalui penyebaran larva adalah kunci untuk jaringan cagar laut yang efektif untuk pengelolaan perikanan dan konservasi keanekaragaman hayati. Data analisis keturunan genetik mengungkapkan keberadaan dan pola penyebaran larva ikan karang di antara KKL di sepanjang bentangan pantai 90 km di provinsi Negros Oriental, Filipina. Pengetahuan ini membantu para pemangku kepentingan untuk meningkatkan skala dan desain KKL baru serta tata kelola KKL yang ada.

Pembaruan terakhir: 01 Jul 2025
5748 Tampilan
Konteks
Tantangan yang dihadapi
Kurangnya kesadaran masyarakat dan pengambil keputusan
Kurangnya kapasitas teknis

Efektivitas jaringan KKL untuk meningkatkan stok ikan dan ketahanan terumbu karang terhadap perubahan iklim serta melindungi ekosistem laut bergantung pada hubungan ekologisnya melalui penyebaran larva.

Skala implementasi
Lokal
Ekosistem
Mangrove
Lamun
Terumbu karang
Tema
Tata kelola kawasan lindung dan konservasi
Pengelolaan tata ruang pesisir dan laut
Ilmu pengetahuan dan penelitian
Lokasi
Negros Oriental, Filipina
Asia Tenggara
Proses
Ringkasan prosesnya

Komunikasi hasil ilmiah (Blok bangunan 2) tentang pola penyebaran larva dan konsekuensinya terhadap KKL dan tata kelola jejaring KKL yang ada saat ini dan di masa depan tergantung pada penyelidikan ilmiah masing-masing (Blok bangunan 1). Namun, pengalaman dalam pembentukan dan tata kelola KKP dari para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan dapat membantu para ilmuwan dan ahli dalam mendesain dan menginterpretasikan data survei. Pertukaran informasi dan pengetahuan antara kedua kelompok tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga sangat penting untuk desain KKL dan jejaring KKL yang efektif. Dukungan dari lembaga pemerintah yang relevan merupakan faktor kunci untuk keberhasilan kedua blok bangunan, dan untuk berhasil mencapai solusi.

Blok Bangunan
Investigasi Ilmiah tentang Penyebaran Larva
Menerapkan analisis garis keturunan genetik pada spesies model ikan karang untuk menentukan kemungkinan tingkat penyebaran larva yang relevan secara ekologis di antara populasi ikan karang pada skala spasial yang relevan dengan jaringan KKP (10-an km hingga beberapa 100 km). Menganalisis polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) pada spesies model ikan karang untuk menilai perbedaan atau kesamaan struktur populasi di lokasi yang lebih jauh untuk memberikan indikator tingkat konektivitas di skala spasial yang lebih besar (beberapa ratus km).
Faktor-faktor pendukung
Kondisi untuk adopsi di tempat lain: - Keahlian tingkat tinggi untuk melakukan investigasi ilmiah yang diperlukan (genetika, konektivitas larva, oseanografi fisik) - Fasilitas penelitian dan laboratorium - Dukungan untuk melakukan kerja lapangan
Pelajaran yang dipetik
Kolaborasi para ahli terkemuka (6 ahli) dan organisasi akademis (4 organisasi akademis internasional) di bidang genetika, konektivitas larva, oseanografi fisik, dan efek ekologi pada KKL sangat penting untuk keberhasilan pencapaian penyelidikan ilmiah.
Komunikasi Hasil Ilmiah
Mengkomunikasikan temuan mengenai konektivitas larva dan implikasinya kepada pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di semua tingkatan (desa, kota, provinsi) untuk menekankan pentingnya KKP dan jejaring KKP yang efisien. Pemahaman yang lebih baik mengenai konektivitas larva membantu para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan untuk meningkatkan tata kelola KKP dan jejaring KKP yang sudah ada dan perencanaan KKP. Juga, berbagi hasil dengan komunitas ilmiah internasional dan nasional.
Faktor-faktor pendukung
Kondisi untuk diadopsi di tempat lain - Adanya inisiatif pengelolaan pesisir di tingkat desa, kota dan/atau provinsi - Pengalaman setidaknya beberapa pemangku kepentingan dalam membangun beberapa KKL menguntungkan
Pelajaran yang dipetik
Kerja sama dan dukungan dari Divisi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam di Provinsi Negros Oriental, Filipina merupakan faktor keberhasilan utama. Dengan demikian, penyelenggaraan penyebaran informasi dan pelaksanaan lokakarya dengan semua pemangku kepentingan di berbagai kota dapat dilakukan.
Dampak

Solusi ini memungkinkan pengelola sumber daya pesisir untuk memvalidasi dampak sosial dan ekologi skala besar dari KKL yang telah mereka bangun selama beberapa dekade. Pemangku kepentingan lokal menyadari perlunya jaringan KKL antar kota yang terhubung secara ekologis untuk mengatasi tujuan pengelolaan perikanan dan konservasi skala besar. Ini berfungsi sebagai model untuk menciptakan jaringan KKL ekologis di wilayah lain di Filipina, negara-negara maritim di Asia Tenggara, dan Segitiga Terumbu Karang. Ini memberikan masukan untuk inisiatif dan tindakan pengelolaan terumbu karang (CRM).

Penerima manfaat

Masyarakat nelayan, unit pemerintah dan pengelola KKP serta komunitas ilmiah

Cerita

Aspek ilmiah dari solusi ini menjawab salah satu pertanyaan terbesar dalam ekologi laut: Seberapa jauh larva ikan terumbu karang menyebar? Apakah sebagian besar dari mereka menetap di dekat orang tua mereka? Atau apakah mereka menyebar dalam jarak yang sangat jauh untuk membiakkan terumbu karang lainnya? Jawaban atas pertanyaan ini memiliki implikasi besar bagi pengelolaan perikanan dan konservasi keanekaragaman hayati dengan menggunakan jaringan KKL.

Oleh karena itu, implementasi solusi ini sangat menarik tidak hanya bagi para ilmuwan tetapi juga bagi para manajer KKL dan pemangku kepentingan lokal yang telah aktif dalam pengelolaan sumber daya pesisir selama beberapa dekade. Kami memiliki beberapa pengalaman yang tak terlupakan ketika kami membagikan hasil ilmiah kepada para pemangku kepentingan.

Hasil penelitian menunjukkan, untuk pertama kalinya, bahwa banyak KKP yang ada terhubung satu sama lain melalui penyebaran larva, membentuk jaringan yang dapat meningkatkan pemulihan populasi di dalam KKP. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa KKP dapat menyediakan larva untuk daerah penangkapan ikan, yang dapat memberikan dorongan bagi perikanan lokal. Hal ini didasarkan pada data empiris.

Banyak nelayan lokal berpartisipasi dalam kerja lapangan yang diperlukan untuk mendapatkan data ini. Oleh karena itu, banyak pemangku kepentingan lokal merasa bahwa hasilnya merupakan pembuktian yang jelas atas upaya dan pengorbanan mereka selama bertahun-tahun untuk mengelola KKP mereka. Bagi saya, ini adalah pencapaian yang lebih besar daripada menjawab pertanyaan ekologis.

Terhubung dengan kontributor