Lanskap Gunung Kulal terdiri dari delapan desa berbeda yang tersebar di sekitar biosfer dan bergantung pada ekosistem bersama dan keanekaragaman hayati yang kaya di dalam lanskap. Hal ini menyebabkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan sumber daya bersama dan konflik. Proyek ini bekerja sama dengan pemerintah dan kepemimpinan lokal untuk menghidupkan kembali komite perdamaian di dalam masyarakat dan menghubungkan mereka bersama di seluruh lanskap untuk menciptakan komite perdamaian antar masyarakat yang dapat bertemu secara berkala untuk merencanakan pengelolaan padang rumput dan sumber daya air yang berkelanjutan, menyelesaikan perselisihan, dan memberikan kepemimpinan dalam tata kelola sumber daya untuk mengurangi dan mencegah degradasi ekosistem dan keanekaragaman hayati lokal. Melalui struktur ini, pertemuan-pertemuan perdamaian diselenggarakan di mana masyarakat secara terbuka mendiskusikan keluhan, tantangan, dan cara mengatasi masalah-masalah seputar pengelolaan padang penggembalaan yang berkelanjutan.
- Kesiapan para tetua dari berbagai komunitas yang bersaingan untuk duduk bersama dan merencanakan pengelolaan padang penggembalaan dan sumber daya lainnya secara berkelanjutan serta menyelesaikan konflik.
- Ketersediaan sumber daya termasuk pendanaan untuk mengadakan pertemuan dan acara bersama antar komunitas.
- Kesiapan administrasi dan kepemimpinan lokal untuk mendukung proses dan mengakui komite perdamaian antar komunitas sebagai struktur tata kelola sumber daya yang sah.
- Niat baik dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap proses tersebut.
Meskipun komite perdamaian antar masyarakat dan pengaturan pengelolaan sumber daya bersama masih lemah karena persaingan masyarakat tradisional, struktur tersebut bekerja secara efektif jika mendapat dukungan dan kepemimpinan lokal yang baik. Struktur-struktur tersebut membentuk dasar yang kuat untuk mengembangkan proses dan struktur pengelolaan lanskap yang baik untuk pengelolaan ekosistem berkelanjutan yang layak.