
Tidak ada data yang jelas mengenai kepemilikan lahan dan kawasan mangrove di desa-desa pesisir di wilayah proyek. Oleh karena itu, kami mengembangkan teknik pemetaan GIS yang sederhana dan berbiaya rendah, yang membutuhkan partisipasi masyarakat setempat untuk dipajang di balai-balai desa. Teknik ini memberikan peta lengkap pola penggunaan lahan desa pesisir yang membantu untuk menemukan lokasi perkebunan mangrove, pencegahan banjir dan mengendalikan penyebaran tambak udang. Peta ini juga digunakan sebagai alat utama untuk saling memahami penggunaan lahan desa, konservasi dan pembangunan berkelanjutan di antara masyarakat dan pemerintah daerah. Keahlian teknis yang sama juga digunakan untuk membuat peta GIS garis batas hutan bakau lindung yang dinamai Muthupet di Teluk Palk yang luasnya sekitar 13.000 hektar.
Syarat utamanya adalah
- Melatih penduduk desa dalam survei GPS
- Mengadakan pertemuan publik, sehingga penerima manfaat memahami nilai sebenarnya dari konsep ini
- Melibatkan sukarelawan dalam mengembangkan peta GIS
- Memajang peta di tempat umum dan balai desa dalam ukuran besar (5 X 4 meter) untuk digunakan secara rutin
- Penanaman mangrove hanya di area yang dipilih oleh masyarakat setelah mengembangkan mangrove
- Perencanaan konservasi mangrove lokal menjadi mudah bagi petugas hutan lapangan, setelah mengembangkan peta GIS.
Pemetaan SIG berbiaya rendah adalah proses yang sangat lambat
- Hubungan yang kuat dengan masyarakat sangat penting
- Pengetahuan tradisional sangat penting dalam pola penggunaan lahan lokal
- Kelompok perempuan sangat penting dalam mengembangkan peta.
- Hubungan yang baik dengan departemen kehutanan setempat sangat penting untuk menunjukkan minat nirlaba kami dalam mengembangkan peta GIS bakau.