
Regenerasi Mangrove dan Mobilisasi Penduduk Lokal, dengan Fokus Khusus pada Perempuan dan Masyarakat Adat, dalam Konservasi Ekosistem di Distrik Lokoundjé (Fifinda)

Foundation for Environment and Development in Cameroon (FEDEC) mengimplementasikan sebuah proyek berjudul 'Regenerasi Mangrove dan Mobilisasi Masyarakat Lokal, Khususnya Perempuan dan Kelompok Adat, dalam Konservasi Ekosistem di Distrik Lokoundjé (Fifinda),' yang didanai oleh Hibah Kecil GEF dari Program Pembangunan PBB. Inisiatif ini bertujuan untuk merestorasi 4 hektar area mangrove yang terdegradasi melalui penanaman kembali 6.000 bibit mangrove dan membina keterlibatan masyarakat, terutama di antara masyarakat adat Bakola / Bagyeli, dalam kegiatan wanatani. Proyek ini juga memperkenalkan oven pengasapan ikan yang lebih baik, mengurangi deforestasi dan meningkatkan ekonomi lokal. Upaya pendidikan masyarakat, termasuk distribusi materi pendidikan dan siaran radio, meningkatkan kesadaran akan konservasi bakau. Upaya gabungan ini tidak hanya meregenerasi ekosistem vital tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat dengan mata pencaharian yang berkelanjutan dan teknik konservasi.
Konteks
Tantangan yang dihadapi
Proyek ini menjawab tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi di Lokoundjé. Proyek ini mengatasi degradasi hutan bakau yang disebabkan oleh deforestasi dan penggunaan kayu yang berlebihan untuk pengasapan ikan dengan melakukan reboisasi seluas 4 hektar dengan 6.000 bibit dan memperkenalkan oven yang lebih baik yang mengurangi konsumsi kayu dan meningkatkan produksi ikan hingga tiga kali lipat, yang menghubungkan konservasi dengan mata pencaharian.
Secara sosial, proyek ini memberdayakan masyarakat lokal dan masyarakat adat Bakola/Bagyeli, terutama perempuan, melalui kampanye kesadaran, materi pendidikan, dan program radio tentang konservasi bakau. Para perempuan mendapatkan manfaat dari penggunaan oven yang lebih baik, meningkatkan posisi ekonomi dan peran mereka dalam pengelolaan lingkungan. Selain itu, perkebunan wanatani seluas 2 hektar memberikan ketahanan pangan dan peluang pendapatan bagi masyarakat Bakola/Bagyeli.
Secara ekonomi, proyek ini meningkatkan pendapatan masyarakat setempat melalui peningkatan produksi ikan dan diversifikasi mata pencaharian melalui wanatani, mendorong pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Lokasi
Proses
Ringkasan prosesnya
Faktor-faktor kunci keberhasilan proyek ini saling berhubungan sedemikian rupa sehingga setiap elemen saling memperkuat dan melengkapi satu sama lain untuk mencapai hasil yang positif. Penjangkauan masyarakat melalui berbagai alat seperti brosur, siaran radio, dan poster meningkatkan kesadaran dan kepemilikan lokal, memastikan bahwa upaya konservasi diadopsi oleh masyarakat. Hal ini mengarah pada keterlibatan masyarakat yang lebih besar dalam kegiatan seperti reboisasi dan wanatani, di mana partisipasi lokal memastikan keberlanjutan intervensi. Pengenalan kompor yang lebih baik berkontribusi dalam hal ini dengan mengurangi kebutuhan untuk menebang kayu, yang secara langsung berkontribusi pada pelestarian hutan bakau. Selain itu, pembentukan sistem wanatani memberikan mata pencaharian alternatif, meningkatkan manfaat ekonomi dari upaya konservasi.
Blok Bangunan
Kampanye kesadaran masyarakat
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat lokal dan masyarakat adat akan pentingnya melestarikan hutan bakau dan mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan. Kampanye ini menggunakan berbagai alat bantu, termasuk brosur, poster, cawat, dan siaran radio, untuk menjangkau berbagai segmen masyarakat. Kegiatan peningkatan kesadaran bertujuan untuk mendidik masyarakat tentang manfaat lingkungan dan ekonomi dari konservasi bakau, sambil mempromosikan adopsi kompor yang lebih baik untuk mengurangi deforestasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan rasa kepemilikan lokal yang kuat, memastikan komitmen jangka panjang terhadap upaya konservasi.
Faktor-faktor pendukung
- Relevansi budaya: Alat komunikasi, seperti panji-panji, disesuaikan dengan adat istiadat setempat, sehingga meningkatkan penerimaan.
- Akses media: Siaran radio memastikan bahwa informasi menjangkau daerah-daerah terpencil.
- Dukungan kepemimpinan lokal: Keterlibatan para pemimpin administratif dan pemimpin lokal memperkuat dampak kampanye.
Pelajaran yang dipetik
- Komunikasi yang efektif: Menyesuaikan komunikasi dengan konteks lokal akan memperkuat keterlibatan masyarakat.
- Konsistensi: Penyebaran dan distribusi materi yang berkelanjutan sangat penting untuk memperkuat pesan.
- Tantangan: Memastikan bahwa semua anggota masyarakat, termasuk kelompok-kelompok yang terpinggirkan, dapat dijangkau bisa jadi sulit, dan berbagai platform harus digunakan untuk memperluas jangkauan.
Reboisasi dan restorasi hutan bakau
Blok bangunan ini melibatkan reboisasi area mangrove yang terdegradasi di Lokoundjé. Melalui penanaman 6000 bibit bakau di lahan seluas 4 hektar, inisiatif ini bertujuan untuk memulihkan jasa ekosistem penting yang disediakan oleh bakau, seperti penyerapan karbon, perlindungan terhadap banjir, dan dukungan perikanan. Masyarakat setempat, khususnya kelompok masyarakat adat seperti Bakola/Bagyeli, secara aktif terlibat dalam penanaman dan pemantauan kesehatan bakau, memperkuat keberlanjutan ekologi dan sosial.
Faktor-faktor pendukung
- Keterlibatan masyarakat: Keterlibatan masyarakat setempat, terutama yang terkena dampak langsung, sangat penting untuk memastikan keberlanjutan pemeliharaan.
- Ketersediaan bibit: Akses terhadap bibit bakau yang sehat dan pelatihan mengenai teknik penanaman yang tepat sangat penting untuk keberhasilan reboisasi.
- Dukungan pemerintah: Dukungan hukum untuk melindungi kawasan yang telah direboisasi dari eksploitasi juga memastikan keberlanjutan upaya restorasi.
Pelajaran yang dipetik
- Komitmen sangatlah penting: Memberikan sarana kepada masyarakat untuk mengganti bibit yang rusak akan menumbuhkan rasa memiliki.
- Ketahanan dalam reboisasi: Pemantauan dan penggantian bibit secara teratur, terutama di lingkungan yang sulit, sangat penting untuk keberhasilan proyek.
- Penting untuk merencanakan pemeliharaan pasca penanaman dan melibatkan para pemangku kepentingan di awal proses untuk membantu menghindari terabaikannya area yang baru saja dihijaukan kembali.
Pengenalan kompor yang lebih baik
Pengenalan kompor yang lebih baik di Lokoundjé menjawab tantangan lingkungan dan ekonomi. Kompor-kompor ini, yang berukuran 5 meter kali 1,3 meter, secara signifikan mengurangi kebutuhan kayu dengan meningkatkan efisiensi bahan bakar, yang secara langsung berkontribusi pada konservasi hutan bakau. Dengan meningkatkan produksi ikan asap hingga tiga kali lipat, kompor ini juga meningkatkan ekonomi lokal. Kompor ini dirancang dan dibangun dengan partisipasi masyarakat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan lokal sekaligus mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam.
Faktor-faktor pendukung
- Keterlibatan masyarakat: Partisipasi penuh masyarakat dalam proses desain dan konstruksi memastikan bahwa kompor sesuai dengan budaya dan sesuai dengan tujuannya.
- Dukungan teknis: Akses ke tenaga ahli untuk desain dan pemeliharaan tungku memastikan fungsionalitas jangka panjangnya.
- Insentif ekonomi: Kemampuan untuk meningkatkan produksi ikan dan pendapatan mendorong adopsi secara luas.
Pelajaran yang dipetik
- Dukungan komunitas: Melibatkan pengguna dalam proses desain akan meningkatkan adopsi dan penggunaan jangka panjang.
- Keberlanjutan: Tanpa pelatihan yang tepat, kompor mungkin tidak akan terawat, sehingga efektivitasnya akan berkurang seiring berjalannya waktu.
- Pastikan bahwa dukungan teknis yang berkelanjutan dan pelatihan lanjutan disediakan untuk menjaga efisiensi dan fungsionalitas kompor dalam jangka panjang.
Sistem wanatani untuk masyarakat adat
Blok bangunan ini berfokus pada pembentukan sistem wanatani di desa Ebéa dan Maloumba, yang bermanfaat bagi masyarakat adat Bakola/Bagyeli. Sistem ini mengintegrasikan kakao, pisang raja, dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk menyediakan mata pencaharian yang beragam dan meningkatkan ketahanan pangan. Wanatani membantu mengurangi deforestasi dengan mendorong penggunaan lahan yang berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Inisiatif ini tidak hanya menghasilkan pendapatan bagi masyarakat adat, tetapi juga melestarikan warisan budaya mereka dengan menggabungkan pengetahuan tradisional dengan praktik pertanian modern.
Faktor-faktor pendukung
- Kepemilikan lahan: Mengamankan hak-hak atas tanah bagi masyarakat adat merupakan hal yang krusial bagi keberhasilan wanatani.
- Pelatihan dan pengembangan kapasitas: Memberikan pendidikan mengenai praktik-praktik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan tanaman sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang.
- Akses ke pasar: Memastikan bahwa masyarakat memiliki akses ke pasar untuk menjual produk mereka akan memotivasi partisipasi dan pertumbuhan ekonomi.
Pelajaran yang dipetik
- Perencanaan yang inklusif: Melibatkan seluruh anggota masyarakat, termasuk perempuan dan pemuda, akan memperkuat dampak proyek.
- Diversifikasi: Mengintegrasikan berbagai tanaman dan HHBK akan mengurangi risiko ekonomi dan meningkatkan ketahanan pangan.
- Pastikan bahwa pelatihan awal bersifat komprehensif dan mencakup dukungan pasca implementasi, karena masyarakat mungkin menghadapi tantangan dalam mempertahankan sistem wanatani tanpa panduan yang tepat.
Dampak
- Dampak Lingkungan: Proyek ini telah merestorasi 4 hektar hutan bakau yang terdegradasi di Lokoundjé dengan menanam 6.000 bibit. Upaya ini meningkatkan penyerapan karbon, menyerap sekitar 1,2 ton CO2 per hektar per tahun, sehingga membantu mengurangi perubahan iklim. Hutan bakau yang ditanam kembali berfungsi sebagai penahan banjir alami, melindungi dari erosi, dan mendukung habitat penting bagi ikan dan satwa liar, serta meningkatkan keanekaragaman hayati. Pemantauan rutin dan penggantian 500 tanaman yang rusak semakin meningkatkan ketahanan ekosistem.
- Dampak Sosial: Proyek ini memberdayakan masyarakat setempat, terutama perempuan dan kelompok masyarakat adat Bakola/Bagyeli, dengan melibatkan mereka dalam kegiatan konservasi seperti penanaman bakau dan wanatani. Lebih dari 40 anggota masyarakat berpartisipasi, meningkatkan ketahanan pangan dan mata pencaharian. Kompor yang lebih baik mengurangi waktu yang dihabiskan perempuan untuk mengumpulkan kayu bakar, meningkatkan kesehatan dan mendorong kesetaraan gender dengan mengurangi polusi udara dalam ruangan.
- Dampak Ekonomi: Pemasangan tiga tungku pengasapan ikan yang lebih baik di Lokoundjé meningkatkan kapasitas produksi ikan hingga tiga kali lipat, meningkatkan pendapatan hingga 30% bagi 50 rumah tangga yang terlibat dalam pengasapan ikan. Pengenalan sistem wanatani di Ebéa dan Maloumba, yang menggabungkan kakao, pisang raja, dan produk non-kayu, telah mendiversifikasi aliran pendapatan, meningkatkan ketahanan ekonomi terhadap risiko iklim.
Penerima manfaat
Penerima manfaat utama adalah masyarakat lokal Lokoundjé, terutama masyarakat adat Bakola/Bagyeli di Ebéa dan Maloumba, dengan perempuan yang paling banyak menerima manfaat. Seluruh penduduk Lokoundjé, termasuk Kribi, menerima manfaat, bersama dengan pemerintah setempat.