
Dari Hutan ke Pasar: Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Hijau dan Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman hayati Indonesia mencakup banyak spesies pohon endemik yang sering terancam punah, seperti pohon Tengkawang (Shorea stenoptera), yang menghasilkan buah yang dapat diekstrak minyaknya. Minyak ini telah digunakan oleh masyarakat adat Dayak selama berabad-abad untuk memasak, perawatan kulit, dan keperluan upacara. Karena minyak tengkawang memiliki sifat yang mirip dengan mentega kakao dan dapat bertindak sebagai penggantinya, minyak tengkawang menjadi komoditas yang diminati dalam industri kosmetik. Proyek ini bertujuan untuk berkontribusi pada pemulihan ekonomi yang positif terhadap alam dengan menambahkan nilai pada rantai pasokan minyak Tengkawang, menawarkan sumber pendapatan tambahan yang berkelanjutan kepada masyarakat setempat sekaligus mengurangi tekanan yang terkait dengan ekstraksi kayu pada ekosistem hutan. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan mencakup setiap langkah dalam rantai nilai buah Tengkawang: mulai dari membangun pembibitan pohon dan membangun kapasitas untuk pemanenan dan pengolahan, hingga memperluas jaringan para pelaku Tengkawang dan memberdayakan masyarakat untuk merencanakan kegiatan bisnis.
Konteks
Tantangan yang dihadapi
Indonesia telah kehilangan area hutan hujan primer yang luas akibat perkebunan dan operasi pertambangan dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan ketika terfragmentasi, hutan hujan tropis masih menyediakan habitat bagi banyak spesies satwa liar dan bertindak sebagai koridor satwa liar di antara kompleks hutan hujan yang lebih besar. Sebagai spesies pohon endemik, pohon Tengkawang memiliki nilai budaya bagi masyarakat adat Dayak dan berkontribusi terhadap fungsi ekosistem hutan. Sejak tahun 2012, ekspor buah Tengkawang dilarang oleh pemerintah selama beberapa tahun, yang menyebabkan pohon Tengkawang ditebang karena kayunya yang berharga. Pelarangan ekspor ini sekarang telah dicabut.
Pandemi COVID-19 berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2020 dan 2021, yang meningkatkan risiko bagi masyarakat untuk memilih penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan untuk mengamankan kebutuhan finansial jangka pendek mereka. Menanggapi hal tersebut, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memprioritaskan inisiatif pemulihan hijau dalam proses perencanaan dan penganggaran nasional.
Lokasi
Proses
Ringkasan prosesnya
Interaksi antara blok-blok pembangun berarti bahwa semua bagian dari rantai nilai Tengkawang ditangani. Mulai dari penanaman kembali hingga penetapan standar pengelolaan konservasi Tengkawang dan metode pengolahan, penguatan kelembagaan kelompok, penyediaan fasilitas, perluasan akses pasar, hingga pengembangan jaringan dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan - semuanya merupakan aspek penting dalam pengembangan Tengkawang. Kombinasi dari semua kegiatan tersebut menghasilkan pendekatan holistik terhadap ekonomi hijau yang membawa manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat lokal sambil merehabilitasi dan melindungi spesies pohon endemik Tengkawang.
Blok Bangunan
Penanaman dan pembuatan kondisi kerangka kerja
Penanaman bibit Tengkawang dan penyediaan alat pengolahan untuk ekstraksi minyak Tengkawang membentuk kondisi kerangka kerja untuk produksi mentega Tengkawang dan produk turunannya.
Faktor-faktor pendukung
Wilayah proyek di Kalimantan Barat menyediakan kondisi lingkungan yang tepat untuk spesies pohon endemik ini. Di sini, masyarakat percaya akan nilai ekologi, ekonomi, dan sosial dari pohon Tengkawang dan dengan melestarikan spesies pohon Tengkawang yang tumbuh di tepian sungai, maka pasokan air bersih akan tetap terjaga.
Pelajaran yang dipetik
Hal ini diperlukan untuk menyatukan pendekatan dan pengalaman otodidak masyarakat dalam membangun pembibitan Tengkawang, menanam bibit dan merawatnya, serta standar produksi yang diperkenalkan dan disepakati oleh para pihak yang bekerja sama dengan Tengkawang.
Pengembangan kapasitas
Lokakarya pengelolaan Tengkawang pra dan pasca panen dilakukan, termasuk sesi pelatihan tentang pengolahan kacang Tengkawang, ekstraksi minyak, dan produksi produk turunannya. Pedoman pengelolaan tengkawang pra dan pasca panen, poster dan brosur didistribusikan untuk memastikan pengetahuan dan kapasitas yang berkelanjutan untuk panen di masa depan.
Faktor-faktor pendukung
Masyarakat disadarkan akan potensi tambahan dari Tengkawang jika diolah menjadi produk turunannya. Ada keinginan dan minat yang kuat dari masyarakat untuk mengolah buah Tengkawang. Namun, prasyarat untuk proses ini adalah kebijakan pemerintah yang memungkinkan adanya pasar untuk buah Tengkawang dan produk turunannya.
Pelajaran yang dipetik
Karena panen Tengkawang hanya dapat dilakukan setiap tiga sampai lima tahun sekali, maka sesi pelatihan ini perlu dilakukan lebih dari satu kali. Pelatihan penyegaran akan semakin memantapkan pengetahuan yang diperoleh masyarakat. Materi pelatihan harus dibuat dalam bentuk publikasi yang mudah disimpan dan digunakan kembali oleh masyarakat, misalnya dalam bentuk buku saku dengan materi bergambar dan informasi yang mudah diakses oleh masyarakat.
Manajemen bisnis
Identifikasi persyaratan dan mekanisme sertifikasi dan perizinan untuk pengelolaan, pengolahan dan penjualan Tengkawang, diikuti dengan pengembangan rencana bisnis Tengkawang.
Faktor-faktor pendukung
Keberadaan pasar domestik yang terbuka untuk komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK) sebagai produk hijau dan ramah lingkungan merupakan prasyarat penting. Hubungan informasi antara produsen (pemilik pohon Tengkawang) dan pembeli produk Tengkawang membantu dalam membuat rencana bisnis.
Pelajaran yang dipetik
Izin yang dikeluarkan oleh pemerintah diperlukan untuk mengumpulkan HHBK. Dengan mendapatkan izin ini, masyarakat berhak secara hukum untuk mengelola dan menggunakan HHBK mereka. Hubungan antara pemilik pohon Tengkawang dan pembeli harus dijaga melalui saling ketergantungan. Masyarakat sebagai pengumpul memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh pembeli, sementara pembeli mengambil alih seluruh hasil panen Tengkawang dari masyarakat.
Pembentukan jaringan
Penyediaan platform melalui jaringan Tengkawang untuk komunikasi antara berbagai pemangku kepentingan di tingkat kabupaten untuk memfasilitasi pengambilan keputusan, pengelolaan, dan penjualan mentega Tengkawang dan produk turunannya.
Faktor-faktor pendukung
Keberadaan lembaga di tingkat lokal dan sub-nasional (Jaringan Tengkawang) dimaksudkan untuk menjembatani petani dan pembeli Tengkawang. Jaringan Tengkawang merupakan forum independen, namun anggotanya terdiri dari perwakilan pemerintah, perwakilan LSM dan mitra donor, perwakilan perusahaan swasta, akademisi, dan kelompok masyarakat.
Pelajaran yang dipetik
Ditemukan bahwa banyak spesies tengkawang memiliki waktu panen yang berbeda. Hal ini juga terjadi pada tengkawang di kabupaten lain. Saat ini Simpul Jaringan Tengkawang hanya ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Untuk menjadi pusat informasi antar kabupaten, pembentukan jaringan di kabupaten lain yang memiliki potensi Tengkawang juga perlu dipertimbangkan. Karena jejaring Tengkawang merupakan forum yang bersifat sukarela, maka diperlukan dukungan dana dari para pemangku kepentingan untuk menjalankan kegiatan jejaring. Untuk mendapatkan pendanaan, Jaringan Tengkawang harus bertransformasi dari sebuah forum menjadi sebuah lembaga yang berbadan hukum.
Dampak
Empat kelompok pengepul di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat telah dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan izin yang diperlukan untuk mendapatkan penghasilan dari panen buah Tengkawang di masa depan. Kelompok-kelompok pengumpul tersebut kini memiliki kapasitas untuk mengumpulkan sekitar 60 kilogram buah setiap hari (per rumah tangga) selama musim panen. Dengan adanya peralatan untuk mengolah buah menjadi minyak, pendapatan yang dihasilkan melalui penjualan minyak dibandingkan dengan penjualan buah yang belum diolah akan menjadi sekitar 20 kali lipat lebih tinggi per kilogram yang terjual. Jaringan Tengkawang yang terdiri dari 94 anggota masyarakat (di antaranya 46 orang perempuan) akan membantu menumbuhkan lingkungan bisnis yang kondusif dengan menghilangkan biaya administrasi dan memungkinkan para pengepul untuk membeli hasil panen mereka dalam jumlah besar untuk mendapatkan harga grosir yang lebih baik. Simpul Jaringan Tengkawang Kapuas Hulu saat ini terdiri dari perwakilan dari pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dan tujuh kelompok masyarakat dari tiga kabupaten.
Secara bersamaan, penanaman pohon Tengkawang dan promosi nilai buah Tengkawang telah berkontribusi pada restorasi dan konservasi spesies pohon ini secara bertahap dan keanekaragaman hayati yang terkait. Sejak Oktober 2021, 16.000 bibit Tengkawang telah dibudidayakan, di mana 80% di antaranya berhasil ditanam.
Penerima manfaat
Masyarakat lokal di empat desa yang terletak di daerah aliran sungai Labian Leboyan di Kapuas Hulu didukung untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam memberikan nilai tambah pada rantai nilai Tengkawang.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Cerita
Kutipan dari transkrip wawancara penerima manfaat dari Jaringan Tengkawang Kapuas Hulu:
"Harapan kami kedepannya terkait pengelolaan Tengkawang ini adalah kami bisa mengadopsi, meniru dan mengembangkannya di daerah kami masing-masing, terutama dalam hal bagaimana kami menampung dan mengolah Tengkawang yang ada di daerah kami. Selain itu, kami tidak hanya fokus pada buah Tengkawang saja, tetapi kami bisa memanfaatkan buah lainnya untuk diolah dengan peralatan yang sama, terutama saat kami menunggu musim panen Tengkawang."