
Membangun bersama Alam untuk garis pantai yang aman, sejahtera, dan adaptif di Indonesia

Solusi ini meningkatkan ketahanan di sepanjang 20 km garis pantai delta yang terkikis, menggabungkan teknik sipil dengan rehabilitasi hutan bakau untuk membangun garis pantai yang aman dan adaptif serta dengan memperkenalkan penggunaan lahan yang berkelanjutan. Langkah-langkah teknis termasuk pemulihan keseimbangan sedimen dengan menggunakan bendungan permeabel dan nutrisi lumpur serta rehabilitasi hutan bakau. Langkah-langkah sosial-ekonomi termasuk pengembangan dan pengenalan budidaya perikanan berkelanjutan dan diversifikasi mata pencaharian (misalnya budidaya rumput laut, kepiting, udang)
Konteks
Tantangan yang dihadapi
Banjir di pesisir pantai semakin meningkat dan telah menghancurkan infrastruktur dan lahan produktif. Intrusi air laut mencemari air minum, mengurangi keuntungan akuakultur dan mempengaruhi pertanian. Selama dekade terakhir, pendapatan petambak udang dan nelayan mengalami penurunan. Penurunan kesejahteraan, keamanan, dan kemandirian ini semakin diperparah dengan runtuhnya sumber daya alam - kayu, bahan bakar, ikan - yang dulunya menyumbang lebih dari 50% pendapatan mereka. Pengelola pesisir biasanya menggunakan solusi rekayasa yang "keras" untuk mengatasi masalah erosi dan bahaya terkait, yang memang memberikan perlindungan penting tetapi terlalu mahal dan rumit untuk dirancang di sepanjang pantai berlumpur. Solusi tersebut tidak mengatasi akar permasalahan dan gagal memulihkan kondisi lingkungan yang sangat penting untuk sektor akuakultur dan perikanan yang produktif. Upaya penanaman bakau dalam skala besar telah gagal, terhambat oleh erosi dan gelombang. Langkah-langkah perlindungan dilaksanakan secara ad hoc tanpa strategi yang koheren.
Lokasi
Proses
Ringkasan prosesnya
Pembangunan struktur bendungan permeabel sebagai perangkap sedimen sebagai blok bangunan 1 merupakan prasyarat untuk rehabilitasi hutan bakau dan stabilisasi zona pesisir. Langkah-langkah sosial-ekonomi untuk mempromosikan opsi penggunaan lahan yang berkelanjutan (blok bangunan 2) memberikan pendapatan jangka pendek dan menengah kepada masyarakat setempat untuk mengkompensasi kerugian sebelumnya dan merupakan elemen kunci untuk memastikan upaya jangka panjang dalam blok bangunan 1. Langkah-langkah peningkatan kapasitas (blok bangunan 3) memberikan para pemangku kepentingan yang terlibat dengan pengetahuan teknis yang relevan untuk terlibat dalam inisiatif ini, sementara dialog kebijakan antara berbagai tingkat pemerintahan (blok bangunan 4) sangat penting untuk mengintegrasikan solusi ini ke dalam kebijakan jangka panjang dan kerangka kerja perencanaan di tingkat kabupaten dan provinsi.
Blok Bangunan
Pembangunan struktur bendungan permeabel sebagai perangkap sedimen dan dasar untuk rehabilitasi mangrove
Faktor-faktor pendukung
Pelajaran yang dipetik
Langkah-langkah sosial-ekonomi untuk mendorong penggunaan lahan yang berkelanjutan
Faktor-faktor pendukung
Pelajaran yang dipetik
Pengembangan kapasitas tentang "Solusi Membangun dengan Alam", yang ditargetkan untuk pejabat pemerintah, sektor swasta, mahasiswa dan masyarakat lokal
Faktor-faktor pendukung
Pelajaran yang dipetik
Dialog kebijakan untuk mengembangkan pengaturan tata kelola untuk meningkatkan pengelolaan zona pesisir
Faktor-faktor pendukung
Pelajaran yang dipetik
Dampak
Keamanan pesisir, keselamatan, pertumbuhan ekonomi, dan kemandirian 70.000 petani dan nelayan yang rentan di Demak ditingkatkan dengan menghindari banjir dan erosi pesisir lebih lanjut serta memberi mereka perspektif jangka panjang untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kombinasi bendungan permeabel dan hutan bakau melindungi desa-desa tersebut dari badai. Hasil yang meyakinkan dari Membangun Bersama Alam digunakan untuk menciptakan delta yang lebih aman di negara-negara berkembang, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi inklusif yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan serta kemandirian yang lebih besar. Dialog pemangku kepentingan yang ekstensif dan peningkatan kapasitas memungkinkan integrasi langkah-langkah dalam rencana pengembangan masyarakat dan perencanaan induk pemerintah yang integral dan diatur dalam peraturan daerah dan mekanisme pendanaan. Proyek unggulan ini digunakan untuk menginformasikan dan menginspirasi para pengelola kawasan pesisir dari sektor pemerintah dan swasta dan membantu mereka memasukkan pendekatan ini ke dalam program pembangunan perkotaan dan pedesaan. Replikasi dan perluasan skala Membangun Bersama Alam di seluruh Indonesia secara tidak langsung dapat meningkatkan ketahanan 30 juta orang di Jawa yang dalam jangka panjang menghadapi risiko bahaya pesisir, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Penerima manfaat
Masyarakat di Kabupaten Demak dan jika pendekatan ini dapat diperluas ke seluruh garis pantai Jawa Tengah, maka dapat membantu 30 juta orang yang dalam jangka panjang akan menderita akibat bahaya banjir dan erosi pantai di Jawa Tengah bagian Utara (3000 desa).
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Cerita

Masyarakat di Kabupaten Demak, 70.000 petani dan nelayan, di sepanjang pantai utara Jawa putus asa: hanya dalam waktu 10 tahun, tanah mereka yang berharga telah tersapu air laut. Mereka kehilangan jalan dan sekolah. Seluruh desa lenyap ditelan air, karena laut merambah hingga 3 kilometer ke daratan, dan telah merenggut lebih dari 1.000 hektar. Garis pantai delta di utara Jawa mengalami erosi yang parah dan bahaya banjir, yang disebabkan oleh konversi hutan bakau untuk akuakultur, pengambilan air tanah, dan pembangunan infrastruktur. Di beberapa tempat, beberapa kilometer daratan telah hilang. Akibatnya, lebih dari 30 juta orang di Jawa terancam. Sektor pertanian dan akuakultur telah mengalami kerugian miliaran dolar. Solusi infrastruktur keras konvensional tidak efektif, mahal, dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan iklim. Solusi tersebut gagal mengembalikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial yang ditawarkan oleh garis pantai bakau yang sehat. Timbul Sloko adalah lokasi percontohan Membangun Bersama Alam Indonesia. Tampaknya tidak ada cara untuk menghentikan erosi dan banjir. Investasi besar dilakukan untuk membangun tembok laut dan penahan ombak, namun semua upaya ini gagal. Penanaman kembali hutan bakau juga tidak berhasil karena kondisinya tidak tepat, seperti masukan sedimen yang cukup. Banjir terus merayap lebih jauh ke dalam desa dan mengambil tanah sejauh 100 meter setiap tahunnya. Penduduk menjadi putus asa dan berencana untuk pindah, setelah menyaksikan desa-desa tetangga yang telah ditelan laut. Namun kemudian sebuah solusi baru diperkenalkan di desa tersebut, yang disebut "Membangun Bersama Alam". Solusi ini memerlukan penempatan bendungan yang dapat ditembus air (lihat gambar). Bendungan permeabel memecah ombak dan memerangkap sedimen sehingga dapat mereklamasi daratan. Setelah lahan kembali, hutan bakau dapat menghuni kembali daerah tersebut dan membantu melindungi garis pantai dari erosi. Proyek Building with Nature yang berskala besar memberikan keamanan pesisir dan mendukung revitalisasi berkelanjutan dari 6000 hektar tambak sepanjang 20 km garis pantai. Sekarang, ombak di dalam jaringan bendungan permeabel jauh lebih rendah daripada di luar. Dalam beberapa kasus, pohon-pohon bakau perintis sudah mulai tumbuh. Terobosan besar terjadi ketika desa menandatangani sebuah keputusan yang menetapkan 100 hektar lahan yang saat ini hilang sebagai kawasan lindung. Ini berarti bahwa setelah sabuk mangrove dipulihkan, ia tidak akan mengalami nasib yang sama lagi. Potensi dan harapan tercipta untuk lanskap baru di mana hutan bakau dan budidaya perikanan dapat dikombinasikan secara berkelanjutan.