Opsi-opsi pengelolaan lintas batas dan faktor-faktor eksternal
Bekerja sama dengan para pembina, otoritas taman nasional mengidentifikasi daftar faktor yang memiliki potensi pengaruh yang kuat terhadap tujuan akhir dan setidaknya sebagian berada di luar kendali staf taman nasional. Mereka kemudian mempersempit faktor-faktor eksternal menjadi satu set fokus yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai besaran dan pengaruhnya terhadap tujuan akhir. Selanjutnya, otoritas taman nasional mengembangkan dua skenario alternatif yang mewakili kemungkinan lintasan masa depan untuk faktor-faktor eksternal. Skenario status quo mengasumsikan bahwa dinamika sistem (yaitu, faktor-faktor eksternal beserta dampaknya dan efektivitas kegiatan pengelolaan untuk mencapai tujuan) akan mengikuti lintasan masa depan yang paling mungkin terjadi. Skenario optimis mengasumsikan bahwa dinamika sistem lebih menguntungkan daripada yang diharapkan untuk mencapai tujuan. Agar analisis keputusan partisipatif tetap dapat dilakukan, skenario tambahan (misalnya pesimis) dapat didokumentasikan untuk analisis di masa mendatang. Setelah membuat daftar kegiatan pengelolaan yang memungkinkan, otoritas taman nasional secara independen menetapkan alokasi persen untuk setiap kegiatan dengan cara yang mereka yakini akan mencapai tujuan dalam setiap skenario untuk faktor eksternal.
Daftar awal faktor eksternal dan kegiatan pengelolaan disediakan secara independen untuk memastikan bahwa tidak ada otoritas taman nasional yang menentukan pilihan akhir. Selama lokakarya, tim inti mengembangkan diagram pengaruh yang komprehensif yang mewakili hipotesis tentang bagaimana tujuan akhir dipengaruhi oleh kegiatan pengelolaan, yang menghasilkan daftar 9 kegiatan yang memungkinkan. Diskusi bersama mengenai persentase alokasi di antara kegiatan-kegiatan tersebut menghasilkan penyesuaian agar lebih mencerminkan realitas pengelolaan.
Tim inti mengidentifikasi dua faktor eksternal untuk dimasukkan ke dalam analisis keputusan: 1) Kesepakatan negara-negara Alpen dalam politik umum mengenai karnivora besar. 2) Persepsi tingkat kompetensi kawasan lindung dari sudut pandang pemangku kepentingan, yang memungkinkan penerimaan mereka untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan taman dan hasil terkait terkait pengelolaan beruang. Delapan dari 10 responden dalam kuesioner lokakarya pemangku kepentingan mengindikasikan bahwa faktor eksternal dan kegiatan pengelolaan yang mungkin dilakukan telah dipahami dengan jelas, meskipun ada beberapa saran yang diberikan untuk dipertimbangkan: 1) perubahan persepsi pemangku kepentingan terhadap karnivora besar; 2) pengelolaan beruang di bagian lain dari populasi; 3) kondisi ekonomi untuk pengembangbiakan domba; 4) lobi pemburu untuk membuka musim beruang; 5) alat pencegahan yang memadai untuk padang rumput pegunungan; 6) ekowisata terkait beruang harus mempertimbangkan perbedaan antara taman nasional dalam hal aksesibilitas bagi wisatawan.