
Menetapkan Kerangka Kerja Kebijakan dan Regulasi untuk Mendukung Restorasi Hutan dan Lanskap yang Berkeadilan dan Pengelolaan Lahan Berkelanjutan di Delta Tana, Kenya

The Restoration Initiative (TRI) di Delta Tana, Kenya, telah bekerja untuk memfasilitasi pengembangan kebijakan, tata kelola, dan kerangka kerja peraturan yang mendukung restorasi bentang alam hutan (RENTANG) yang terkoordinasi dan berkeadilan serta pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Hal ini termasuk memberikan saran dan advokasi untuk hampir 20 kebijakan dan peraturan perundang-undangan, dengan delapan di antaranya telah disetujui di Kabupaten Tana River dan Lamu. Untuk mencapai kebijakan dan peraturan yang mendukung ini, TRI bekerja untuk meningkatkan dukungan publik terhadap RENTANG di tingkat nasional dan kabupaten dengan strategi komunikasi yang kuat, mengarusutamakan RENTANG ke dalam proses penganggaran kabupaten melalui lobi dan advokasi, dan mengintegrasikan RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan proses perencanaan dengan membantu menyusun rencana seperti Rencana Pembangunan Terpadu Kabupaten Lamu dan Kabupaten Sungai Tana. Kerangka kebijakan baru yang mendukung RENTANG pada akhirnya mendatangkan pendanaan yang lebih besar dan mendorong Kenya untuk mencapai tujuan restorasinya.
TRI merupakan proyek yang didanai oleh GEF
Konteks
Tantangan yang dihadapi
Tantangan utama yang dihadapi TRI di Delta Tana Kenya adalah penentuan prioritas RENTANG. Meskipun proyek ini telah berupaya mengidentifikasi kesenjangan kebijakan dan daerah tersebut memiliki dana, penggunaan dana tersebut untuk implementasi tidak selalu menjadi prioritas pemerintah daerah. Karena politik lokal, banyak pejabat yang ingin berinvestasi pada kebijakan yang memiliki dukungan politik yang besar dan akan menghasilkan pemungutan suara, yang mungkin tidak sejalan dengan tujuan konservasi dan pembangunan proyek. Selain itu, dengan adanya pergantian pemerintahan baru-baru ini, pejabat baru mungkin tidak melihat kebijakan yang dikembangkan sebelumnya sebagai prioritas dan oleh karena itu tidak mempromosikannya atau mengupayakan implementasinya, meskipun kebijakan tersebut sangat bermanfaat. Namun, dengan upaya lobi dan advokasi, dukungan masyarakat lokal dapat diperluas dan mendorong para pejabat untuk mendukung kebijakan-kebijakan tersebut.
Lokasi
Proses
Ringkasan prosesnya
Melalui penggunaan rencana komunikasi yang kuat dan pengarusutamaan restorasi bentang alam dan pengelolaan lahan berkelanjutan ke dalam anggaran daerah serta kebijakan daerah dan nasional, TRI Kenya Tana Delta mampu menciptakan kerangka kerja kebijakan, hukum, dan peraturan yang tidak hanya mendukung restorasi, tetapi juga memperluas kapasitas kebijakan dan keuangan. Penjabaran kebijakan memungkinkan langkah-langkah restorasi diberlakukan dan ditegakkan, sementara penyertaan restorasi dalam anggaran daerah memastikan langkah-langkah yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan secara memadai. Rencana komunikasi digunakan untuk memastikan bahwa masyarakat setempat mendukung kebijakan restorasi dan mempengaruhi pola pikir, kebiasaan, dan praktik yang mendukung restorasi. Bersama-sama, blok-blok bangunan ini bersama dengan peningkatan investasi di tingkat kabupaten, nasional, dan internasional, memungkinkan penjabaran dan implementasi kebijakan berbasis RENTANG yang pada gilirannya akan membantu masyarakat setempat dengan manfaat seperti kecukupan air di sungai dan ekosistem yang direstorasi.
Blok Bangunan
Meningkatkan dukungan publik untuk restorasi lanskap dan pengelolaan berkelanjutan di tingkat kabupaten
TRI mengembangkan rencana komunikasi yang kuat yang mencakup penggunaan radio, spanduk, dan penjangkauan yang inovatif untuk menggalang dukungan publik bagi RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan. Rencana tersebut mencakup kemitraan dengan stasiun radio lokal yang menerjemahkan ke dalam bahasa Swahili, yang memiliki jangkauan yang luas di desa-desa terpencil, sehingga lebih efektif dalam memengaruhi pola pikir dan praktik terkait restorasi. TRI juga ikut serta dalam mencetak spanduk dan selebaran yang menyoroti kebijakan berbasis restorasi serta mengadakan pertemuan dan pelatihan, termasuk pelatihan yang berfokus pada penguatan kapasitas Forum Konservasi Tana Delta, yang menargetkan para pengambil keputusan di tingkat masyarakat dan membekali mereka untuk mengidentifikasi isu-isu kebijakan serta mempengaruhi agenda perencanaan kabupaten. Selain itu, TRI telah membuat Saluran YouTube dan bekerja untuk mengembangkan kehadiran media sosial yang luas dan efektif, termasuk mengidentifikasi tokoh-tokoh lokal yang berbicara atas nama proyek agar dapat lebih terhubung dengan masyarakat setempat. Secara keseluruhan, rencana komunikasi TRI telah sangat berhasil dalam meningkatkan pesan kebijakan, membantu penegakan hukum, menyadarkan masyarakat, dan menyerukan tindakan.
Faktor-faktor pendukung
Agar rencana komunikasi mereka berhasil, TRI membutuhkan para pemimpin lokal yang bersedia dan mampu mengambil bagian dalam acara radio dan wawancara. Tanpa mereka, penjangkauan lokal tidak akan mungkin dilakukan, dan rencana komunikasi tidak akan terhubung dengan masyarakat setempat. Selain itu, TRI juga dapat membagikan informasi mengenai inisiatif dan kebijakan restorasi dengan memanfaatkan hari lingkungan hidup internasional melalui spanduk dan materi cetak yang menyoroti perlunya restorasi dan pengelolaan lahan berkelanjutan.
Pelajaran yang dipetik
Rencana komunikasi telah menunjukkan bagaimana strategi penjangkauan dan advokasi yang menargetkan masyarakat dengan menggunakan tokoh-tokoh lokal, bahasa lokal, dan saluran lokal pada akhirnya akan lebih berhasil dalam memengaruhi pola pikir, kebiasaan, dan praktik-praktik menuju RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan. Dengan berpartisipasi dalam acara radio lokal yang menampilkan tokoh-tokoh lokal yang berbicara dalam bahasa Swahili, TRI lebih mampu menjangkau masyarakat yang tinggal di desa-desa pedesaan dengan pesan-pesan dari orang-orang yang mereka percayai dan mengetahui konteks lokal. Sebagai peserta yang nantinya akan terlibat dalam kegiatan restorasi, masyarakat lokal perlu meyakini bahwa RENTANG bermanfaat dan layak untuk diupayakan. Demikian pula, dengan berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat lokal, TRI dapat mempelajari lebih lanjut mengenai keinginan dan prioritas mereka. Hal ini memungkinkan penjabaran kebijakan untuk memenuhi kebutuhan lokal secara lebih akurat.
Mengarusutamakan restorasi bentang alam dan pengelolaan lahan berkelanjutan ke dalam proses anggaran kabupaten
TRI Kenya Tana Delta telah bekerja untuk mengarusutamakan restorasi bentang alam dan pengelolaan lahan berkelanjutan ke dalam proses anggaran kabupaten dengan melatih anggota Asosiasi Hutan Kemasyarakatan (CFA) untuk mengadvokasi dan melobi agar RENTANG diprioritaskan dalam anggaran kabupaten dan dengan mengirimkan memorandum melalui Jaringan Konservasi Delta Tana untuk memengaruhi dokumen strategi fiskal Kabupaten Sungai Tana. Rekomendasi untuk memprioritaskan RENTANG dalam anggaran Kabupaten Tana River yang termasuk dalam memorandum tersebut telah diadopsi oleh kabupaten tersebut. Demikian pula, Kabupaten Lamu telah mengadopsi target restorasi yang lebih tinggi dalam anggarannya sebagai hasil dari advokasi TRI. Penyerapan rekomendasi anggaran ini juga mengikuti peningkatan kapasitas 34 anggota yang berasal dari kelima CFA dalam hal advokasi dan lobi, termasuk bagaimana terlibat dalam proses dan konsultasi anggaran daerah. Proyek ini berencana untuk melatih lebih banyak lagi anggota CFA untuk meningkatkan prioritas RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan dalam anggaran kabupaten melalui partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Faktor-faktor pendukung
TRI Kenya Tana Delta mampu membantu mengarusutamakan RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan dalam proses anggaran daerah karena anggota CFA sangat antusias dalam mempelajari cara melakukan lobi dan advokasi, serta pelatihan-pelatihan yang dirancang dengan baik sehingga mereka dapat mempersiapkan diri untuk mengupayakan peningkatan anggaran. Proyek ini juga mendapatkan manfaat dari pemerintah daerah yang memiliki kemauan politik untuk menetapkan target restorasi yang tinggi dan memastikan RENTANG didukung oleh anggaran mereka.
Pelajaran yang dipetik
Dari pekerjaan yang telah dilakukan TRI Kenya Tana Delta untuk membantu mengarusutamakan restorasi bentang alam dan pengelolaan lahan berkelanjutan ke dalam proses dan kebijakan anggaran, proyek ini telah melihat bahwa dengan membangun kapasitas para pemimpin lokal untuk melobi pemerintah daerah dan terlibat dalam advokasi yang konsisten, kabupaten dapat memberlakukan anggaran yang memprioritaskan restorasi dan menyediakan target restorasi yang lebih tinggi. Dengan mengupayakan prioritas RENTANG dan mendorong pemerintah daerah untuk menempatkan nilai pada pengelolaan lahan berkelanjutan, maka akan memungkinkan untuk memastikan pendanaan daerah, baik dari pemerintah pusat maupun sumber lainnya, digunakan dalam pelaksanaan kebijakan dan kegiatan RENTANG. Penyertaan RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan dalam proses penganggaran daerah juga dapat menghasilkan target yang melebihi target yang ditetapkan di tingkat nasional, sehingga memungkinkan daerah untuk meningkatkan kontribusinya terhadap komitmen restorasi nasional.
Mengintegrasikan restorasi lanskap dan pengelolaan lahan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan proses perencanaan untuk meningkatkan konservasi dan produksi berkelanjutan.
Untuk berkontribusi pada kerangka kerja kebijakan yang mendukung restorasi bentang alam, TRI Kenya Tana Delta juga bekerja untuk mengintegrasikan restorasi dan pengelolaan lahan berkelanjutan ke dalam kebijakan-kebijakan di tingkat kabupaten seperti rencana pengelolaan hutan partisipatif (PFMPS) dan rencana aksi restorasi desa, serta peraturan perundang-undangan nasional seperti Rencana Aksi Implementasi Restorasi Hutan dan Bentang Alam (FOLAREP) serta Undang-Undang Perencanaan Fisik dan Tata Guna Lahan tahun 2019. TRI membantu mengembangkan empat PFMPS, baik di tingkat kabupaten maupun nasional, yang menguraikan prioritas pengelolaan hutan, bagaimana program-program tersebut akan dilaksanakan, dan berbagai peran yang akan dijalankan oleh para pemangku kepentingan, dengan memberikan masukan teknis dan membantu mengumpulkan para pemangku kepentingan. Rencana-rencana tersebut telah selesai dan ditandatangani oleh Dinas Kehutanan Kenya dan pemerintah daerah dan akan diluncurkan akhir tahun ini. FOLAREP, sebuah kebijakan nasional utama yang akan memajukan RENTANG di Kenya, telah dibantu oleh TRI Kenya Tana Delta, yang mendanai partisipasi para pemangku kepentingan dalam forum konsultasi dan validasi yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Kenya. Secara keseluruhan, TRI telah berkontribusi secara signifikan terhadap kerangka kerja yang berfokus pada RENTANG dan mendukung RENTANG serta terus memfasilitasi penjabaran kebijakan di masa depan.
Faktor-faktor pendukung
Agar berhasil mengembangkan kebijakan dan mengintegrasikan restorasi bentang alam dan pengelolaan lahan berkelanjutan di dalamnya, TRI sangat diuntungkan oleh konsultasi dan lokakarya yang mengumpulkan informasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemimpin lokal dan lembaga nasional seperti Dinas Kehutanan Kenya, mengenai peluang restorasi, prioritas, dan rekomendasi. Tanpa pengumpulan informasi dan pertemuan para pihak ini, kebijakan-kebijakan tersebut akan mengalami kesulitan dalam proses validasi dan tidak akan mendapatkan cukup kemauan politik.
Pelajaran yang dipetik
Melalui kontribusinya terhadap penjabaran kebijakan di tingkat kabupaten dan nasional, TRI Kenya Tana Delta belajar lebih banyak mengenai bagaimana proses penjabaran dan validasi kebijakan di Sungai Tana dan kabupaten Lamu bekerja dan hambatan apa saja yang ada. Kini, setelah proyek ini mengambil bagian dalam pengembangan berbagai kebijakan dan peraturan, terdapat jalur yang diuraikan mengenai cara yang paling efisien untuk memberlakukan kebijakan dengan sukses, dan kebijakan-kebijakan itu sendiri memudahkan upaya untuk mengupayakan kebijakan berbasis restorasi di masa depan. Selain itu, melalui integrasi RENTANG ke dalam kebijakan, TRI semakin meningkatkan pemahamannya mengenai bagaimana restorasi dan pengelolaan lahan berkelanjutan dapat masuk ke dalam berbagai kerangka kerja hukum dan peraturan yang ada dan terus berkembang.
Dampak
Dengan kerangka kerja kebijakan dan tata kelola yang mendukung restorasi bentang alam hutan yang adil dan upaya pengelolaan lahan yang berkelanjutan, proyek TRI di Kenya Tana Delta telah menghasilkan pendanaan yang lebih besar untuk implementasi kebijakan-kebijakan tersebut. Menetapkan kebijakan berbasis RENTANG telah memastikan bahwa kabupaten-kabupaten tersebut memenuhi persyaratan pendanaan program Financing Locally Led Climate Action (FLLoCA) dari Bank Dunia. Dengan investasi tambahan dari Bank Dunia ini, kabupaten akan memiliki pendanaan yang diperlukan untuk implementasi kebijakan RENTANG dan memiliki kapasitas yang lebih besar untuk pengembangan kebijakan lebih lanjut. Dengan demikian, proyek ini akan menghasilkan efek pemicu yang mendorong penerapan kebijakan yang lebih besar yang memprioritaskan RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan.
Selain itu, dengan adanya kebijakan yang mendukung RENTANG dan pengelolaan lahan berkelanjutan, kabupaten-kabupaten tersebut akan secara aktif berpartisipasi dalam restorasi dan berkontribusi dalam memenuhi komitmen restorasi Tantangan Bonn Kenya untuk mencapai 10,6 juta hektar yang direstorasi.
Penerima manfaat
Penerima manfaatnya adalah masyarakat lokal yang tinggal di daerah yang lanskapnya sedang dipulihkan. Dengan pemerintah daerah yang bertindak sebagai penjaga, kebijakan baru ini akan memastikan masyarakat memiliki air yang cukup di sungai mereka dan ekosistem dipulihkan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Cerita

Amalie Mara Miyesa adalah seorang ibu berusia 42 tahun dengan dua orang anak dari desa Idsowe, di Tana Delta, yang merupakan anggota kelompok masyarakat setempat - Jaringan Konservasi Tana Delta (TDCN) dan salah satu rumah tangga penerima manfaat.
"Hidup saya berubah di awal tahun 2022 ketika saya diperkenalkan dengan proyek TRI Tana," kata Amalie. "Pertemuan terbesar saya sebagai penerima manfaat adalah saat kunjungan pertukaran ke Kabupaten Baringo di Kenya bagian utara. Kami belajar tentang restorasi, pengembangan rencana aksi lingkungan, dan pengembangan rantai nilai yang mendorong pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan yang merugikan pada lanskap dan memberikan hasil yang positif bagi alam dan masyarakat di lahan gersang dan semi gersang."
"Paparan ini memberi saya dorongan untuk memulai usaha peternakan unggas ini agar saya bisa mendapatkan penghasilan untuk menambah sedikit uang yang biasa saya dapatkan dari suami," kata Amalie, sambil menunjuk ke arah peternakan unggas. "Berkat kemitraan antara Nature Kenya dan TDCN, saya memiliki inkubator berkapasitas 352 telur," katanya. "Awalnya, saya biasa menetaskan telur menggunakan inkubator buatan lokal, persentase penetasannya sangat rendah karena sebagian besar telur hancur dalam prosesnya karena panas yang tidak diatur. Namun, dengan mesin baru ini, persentase penetasan telah meningkat pesat hingga lebih dari 75% dan saya sekarang menikmati keuntungan yang lebih tinggi."
"Hidup saya sangat sulit sebelum memulai bisnis unggas, uang yang saya dapatkan dari suami saya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan saya dan keluarga. Dalam banyak kasus, saya harus meminta bantuan dari keluarga dan teman-teman saya dan ini pun tidak berkelanjutan karena terkadang permintaan saya diabaikan," cerita Amalie. "Peternakan unggas telah memungkinkan saya untuk melakukan keajaiban dalam waktu singkat. Sumber penghasilan utama saya adalah dari penjualan ayam, telur, dan anak ayam. Saya mampu membayar biaya sekolah setahun penuh untuk anak perempuan dan keponakan saya yang duduk di bangku sekolah menengah, selain memenuhi kebutuhan lain seperti makanan dan pakaian untuk keluarga."
Peternakan unggas ramah lingkungan dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Amalie telah menanam banyak pohon di peternakannya karena kotoran dari unggas digunakan untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman. Karena tertarik untuk menanam pohon asli, Amalia telah mendirikan pembibitan pohon untuk memelihara bibit untuk memulihkan lahan yang rusak dan bentang alam yang berdekatan serta berniat untuk membangun pembangkit listrik tenaga biogas untuk menghasilkan energi dan mengurangi konsumsi bahan bakar rumah tangga.