
Implementasi Perencanaan Tata Ruang Pesisir dan Laut Terpadu Bontang

Konteks
Tantangan yang dihadapi
Lokasi
Proses
Blok Bangunan
Komite Pemangku Kepentingan Multisektoral
Faktor-faktor pendukung
Pelajaran yang dipetik
Analisis dan Perencanaan Tata Ruang Berbasis Ekosistem
Faktor-faktor pendukung
Pelajaran yang dipetik
Sumber daya

Dampak
Penerima manfaat
Cerita
Sekitar 80% kabupaten pesisir di Indonesia hanya memiliki perencanaan tata ruang berbasis daratan, sementara wilayah laut terabaikan. 'Solusi' yang ditawarkan adalah sebuah pendekatan baru untuk mengintegrasikan ekosistem darat, pesisir, dan laut ke dalam perencanaan tata ruang. Hal ini dimulai oleh sekelompok staf pemerintah tingkat menengah Kota Bontang yang muda dan antusias yang sangat tertarik dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coastal Zone Management/ICZM), yang sebagian dari mereka telah dilatih tentang ICZM di universitas kami. Orang-orang ini adalah sumber daya manusia utama kami dan prasyarat untuk keberhasilan 'solusi' kami. Kami sangat beruntung memiliki mereka. Kepala Dewan Pembangunan Kota Bontang juga mendukung ide ini dan berkomitmen untuk mendanai revisi Rencana Tata Ruang Kota Bontang. Rencana Tata Ruang Kota Bontang yang 'lama' hanya berfokus pada pertimbangan berbasis daratan dan tidak memasukkan aspek kelautan. Setelah mengatasi hambatan administratif, kami mulai merancang metodologi studi, strategi pengumpulan data, dan yang paling penting adalah diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan di Kota Bontang. Mengidentifikasi orang-orang kunci dari setiap kelompok pemangku kepentingan merupakan langkah yang sangat penting. Kami memilih orang-orang kunci dari setiap kelompok pemangku kepentingan yang berpikiran terbuka terhadap ide-ide dan pendekatan baru dan bersedia untuk bekerja sama, dan mengadakan serangkaian diskusi. Secara paralel, kami menyiapkan analisis spasial kawasan. Hubungan dan fungsi ekosistem dianalisis dan dipetakan. Profil lingkungan dan sosio-ekonomi kawasan diidentifikasi dan diproyeksikan secara spasial ke dalam peta berdasarkan masing-masing topik. Berbagai ahli mengumpulkan data dan informasi lapangan serta isu-isu yang terkait dengan setiap aspek. Setelah profil lingkungan dan sosial dianalisis, kami mengidentifikasi isu-isu utama, akar masalah, konflik spasial, penyebab degradasi ekosistem, tingkat kemiskinan, upaya perlindungan lingkungan, upaya pengelolaan, dan lain-lain. Hasil utama dari solusi kami adalah Rencana Tata Ruang Darat-Pesisir-Laut Kota Bontang yang terintegrasi, yang disajikan dalam satu peta tata ruang. Dalam rencana tata ruang terpadu Kota Bontang yang baru, entitas pesisir dan laut dikaitkan dengan alokasi ruang untuk fungsi-fungsi ekonomi baik di wilayah darat maupun laut. Pada tahun 2012, rencana tata ruang terpadu Kota Bontang telah diadopsi oleh DPRD dan mulai diimplementasikan, dan sekarang dapat diadopsi di kabupaten pesisir lainnya di Indonesia.