Amerika Latin dan Karibia adalah wilayah yang beraneka ragam. Di sebagian besar wilayah Amerika Latin, model perencanaan pembangunan dan penggunaan lahan pra-Hispanik, kolonial, dan modernis hidup berdampingan. Situasi ini menimbulkan konflik sosio-ekosistem dan teritorial. Dalam penelitian Integrasi Kawasan Lindung ke dalam Perencanaan Tata Guna Lahan, Kebutuhan untuk Pencapaian Kesejahteraan Manusia di Kolombia, disimpulkan bahwa untuk merencanakan dan mengelola tata guna lahan secara efektif, perlu dimulai dari pengakuan terhadapkeanekaragaman sosial-budaya, ekosistem, dan politik-administratif wilayah, serta memperjelas peran keanekaragaman hayati dan kawasan lindung yang tak tergantikan dalam pencapaian kesejahteraan manusia, pencegahan dan pengelolaan yang efektif atas konflik sosio-ekologis, teritorial, dan kemanusiaan untuk mengusulkan kebijakan publik yang berbeda,
sesuai dengan konteks keanekaragaman hayati, multi-etnis dan pluralitas budaya, dari sudut pandang yang holistik, saling melengkapi dan
dari visi yang integral, saling melengkapi dan sinergis di seluruh
lintas wilayah. Berdasarkan hal ini, beberapa strategi dan klarifikasi konseptual diusulkan.
Pengakuan keragaman etnis dan budaya sebagai strategi untuk perencanaan wilayah, berdasarkan pengetahuan tradisional dan sebagai ukuran adaptasi terhadap kondisi ekosistem.
Usulan cara-cara untuk harmonisasi antara instrumen perencanaan etnis, otoritas lingkungan dan pemerintah.
Ini adalah hasil kerja di berbagai wilayah di negara ini.
Faktor-faktor teknis, institusional dan sosial yang menghambat pengelolaan wilayah secara terpadu telah diidentifikasi.
Wilayah ini merupakan kumpulan dari beberapa wilayah, yaitu kita berbicara tentang multi-wilayah yang harus dikelola dan diselaraskan untuk menjamin konservasi keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia.
Bahasa merupakan faktor kunci untuk pemahaman dan pengelolaan bersama.