Re-valorisasi budaya Pribumi melalui integrasi ke dalam sistem pendidikan
Sawah Terasering Ifugao dipelihara oleh keluarga-keluarga, tidak hanya sebagai area produksi untuk tanaman pokok, tetapi juga karena alasan sentimental bahwa sifat-sifat ini telah diwariskan dari nenek moyang mereka. Pemeliharaan terasering mencerminkan pendekatan kooperatif dari seluruh masyarakat yang didasarkan pada pengetahuan rinci tentang keanekaragaman hayati yang kaya yang ada di agro-ekosistem Ifugao, sistem tahunan yang disesuaikan dengan siklus bulan, zonasi dan perencanaan, konservasi tanah dan air yang ekstensif, penguasaan rezim pengendalian hama yang kompleks berdasarkan pengolahan berbagai tanaman, disertai dengan ritual keagamaan. Namun, pengetahuan ini terancam karena perubahan sosial-budaya dan kurangnya keterlibatan kaum muda, yang tertarik dengan gaya hidup globalisasi perkotaan. Untuk melestarikan terasering, budaya Ifugao perlu diakui dan Pengetahuan Adat Ifugao perlu diwariskan kepada generasi berikutnya. Strategi berkelanjutan yang diusulkan oleh SITMo adalah mengintegrasikan budaya dan warisan dalam kurikulum resmi sehingga budaya Ifugao dapat dijaga.
Pada tahun 2013, Filipina mengesahkan undang-undang untuk implementasi Pendidikan Masyarakat Adat (Indigenous Peoples Education/IPED). Jauh sebelum itu, SITMo telah berada di garis depan dalam advokasi untuk mengintegrasikan pengetahuan tradisional ke dalam kurikulum sekolah formal untuk mengatasi kerusakan sawah dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Advokasi ini terus berlanjut ketika IPED sekarang dilembagakan, mengintegrasikan pengetahuan tradisional, bahasa ibu, dan sejarah lokal ke dalam berbagai tingkat sistem pendidikan.
Konsultasi dengan masyarakat merupakan alat yang penting dalam proses ini. Para tetua masyarakat, pembawa budaya, dan bahkan pemimpin politik dilibatkan sejak konsultasi pertama hingga validasi materi pembelajaran yang dihasilkan untuk digunakan di sekolah-sekolah. Pemerintah Filipina menetapkan Proses Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA) yang harus diikuti.
Sistem pendidikan di Filipina merupakan peninggalan strategi kolonial untuk menaklukkan penduduk asli. Amerika menerapkan sistem pendidikan yang berlangsung lebih dari seratus tahun, cukup lama untuk menghapus ketaatan seseorang pada identitas etnisnya dan merangkul rasa nasionalisme yang homogen. Pendidikan distandarisasi, nilai-nilai dinasionalisasi. Buku-buku pelajaran mengajarkan bahwa menjadi petani adalah konsekuensi dari tidak bersekolah dan bahwa kepercayaan non-Kristen adalah cara hidup orang biadab. Budaya-budaya asli dijelek-jelekkan sampai-sampai anak-anak muda benar-benar membenci gagasan untuk diidentifikasi sebagai budaya asli. Perombakan sistem pendidikan dapat mengubah hal ini. Pendidikan yang memerdekakan adalah jalan ke depan.